10 Desember 2010

Surat Untuk Ukhtiku


Ukhti Jangan Menangis [Surat Untuk Ukhtiku]

Apa kabar ukhti? Aku yakin, ukhti akan selalu dalam kondisi prima. Karena pikiran positif ukhti yang hebat dapat menyingkirkan kesedihan dan jutaan tekanan.

Ukhti..
Tahukah hal spesial yang kau miliki? Sungguh, aku melihat senyummu hari ini begitu menyejukkan, menggetarkan jiwa dan menghangatkan hati tiap insan di seluruh dunia. Kau bisa membius jutaan manusia dengan semangat tinggimu, idealismemu dan keteguhan cita-citamu. Dan, karena itulah aku mencintaimu.

Ukhti..
Aku selalu merindukanmu. Karena engkau begitu istimewa. Kau pandai tersenyum, pandai menyiram hati-hati yang resah, dan engkau memiliki semangat hidup yang tinggi! Kau begitu tegar juga istiqomah. Dan, aku akan selalu mencintaimu. Cintaku padamu seperti sang surya yang tak akan redup menyinari bumi. Dan bumi itu adalah dirimu, wahai ukhtiku.

Ukhti..
Kau memiliki segudang prestasi yang begitu memesona. Kata-katamu yang indah, dapat menenggelamkanku dalam ketenangan. Kau adalah wanita penyebar cinta yang kumiliki. Lidahmu bergumam dengan lembut, suaramu halus seperti sutra. Dan, aku mencintaimu dengan cinta yang penuh kerinduan.

Ukhti..
Aku melihat dirimu penuh rasa percaya diri. Meskipun kini entah mengapa engkau terlihat lebih pendiam dari biasanya. Aku yakin, ukhti dapat menjadi ukhtiku yang dulu lagi. Ukhti yang penuh semangat, juga menjadi ukhtiku yang memiliki impian yang sangat membara!

Ukhti..
Jangan menangis! Jika ukhti merasa begitu kesepian, ingatlah bahwa ada aku disini. Aku akan selalu menjagamu dan memberimu sandaran. Air matamu adalah duri dalam batinku, jadi janganlah menangis! Kesepianmu, akan aku basuh dengan melodi cintaku padamu. Hingga engkau bisa tersenyum dan terjaga dari mimpi-mimpi pesimis yang menidurkan pikiranmu.

Ukhti..
Ketahuilah, bahwa ukhti memiliki impian yang jelas, ukhti kini tinggal bergerak! Dan memulai langkah demi langkah untuk mencapai cita-cita. Dan, sungguh cita-cita ukhti begitu tinggi. Aku salut padamu, wahai ukhtiku.

Ukhti..
Jika engkau butuh teman bicara, maka bicaralah denganku. Aku akan sangat ikhlas jika mampu mendengar keluh kesahmu. Menulislah di dadaku, tumpahkanlah kepedihan hatimu jika engkau merasa letih menjalankan semua langkah yang engkau strategikan untuk meraih impianmu. Sungguh wahai ukhtiku, aku akan selalu disini, disampingmu, dan akan terus menggenggam jemarimu dengan hangat, memberimu motivasi hidup, juga memberi pelukan penuh kasih sayang hingga engkau bangkit dari kesendirian.

Ukhti..
Aku tahu, jalanmu terlalu berat untuk dipikul. Jalanmu itu penuh duri, keraguan, air mata dan rintangan. Namun aku yakin, ukhti pasti bisa! Ukhti “pasti bisa” melangkah di jalan itu! Dan, aku yakin ukhti akan menemukan harta karun yang mewah ketika ukhti telah sampai di garis finish impianmu.

Ukhti..
Jangan mengeluh! Karena aku akan sangat sedih. Wajahmu yang manis, sangat tidak pantas dihiasi dengan keluhan, cercaan dan keputusasaan. Wajahmu yang teduh itu hanya pantas dilukis dengan semangat tinggi, motivasi hidup, dan keteguhan yang kokoh.

Ukhti..
Ingat! Jangan berhenti melangkah sampai garis finish.! Dan jika engkau lelah, beristirahatlah dulu sejenak di dalam pelukanku, menangislah jika engkau ingin. Aku akan mengelus rambut halusmu. Dan, mengecup pipimu. Memberi ketenangan hingga engkau bangkit. Dan berjalan lagi mendaki gunung cita-citamu. Ketahuilah wahai ukhtiku, bahwa engkau pasti bisa menggapai apa yang engkau cita-citakan.

Ukhti..
Jangan dengar suara- suara yang membuatmu putus asa! Tuli lah jika engkau mendengar kata-kata pesimis! Dan, bisu lah dari mengatakan kata-kata keluh kesah! Karena, aku akan sangat sedih jika ukhti melakukan hal itu.

Ukhti…
Kini, aku tengah merindukanmu! Aku disini, tengah menunggumu! Di puncak gunung impianmu, aku berdiri. Menanti kehadiranmu. Kemarilah.. Aku sungguh tak sabar! Berlalrilah wahai ukhtiku!

Ukhti…
Ingin sekali aku mengecup bibir merah jambumu. Memelukmu dan mengusap rambut halusmu. Tapi berhati-hatilah wahai ukhtiku. Jalan yang kau tempuh begitu banyak rintangan. Duri, lubang, hingga jebakan mematikan akan mengintaimu. Namun, aku sangat yakin. Cintamu padaku, akan menghantarkanku padamu. Kemarilah ukhtiku.. Bantulah aku menyentuh jemarimu. Aku ingin sekali mengusap pipimu. Bantulah aku mewujudkan impianku, untuk berjumpa denganmu.

Ukhti…
Sekarang, aku hanya bisa melihatmu dari tempat yang sangat jauh. Namun, karena keteguhan hatimu, juga semangatmu yang tinggi. Engkau tetap berjalan menuju tubuhku.

Ukhti…
Ingatlah bahwa aku akan selalu menyemangatimu. Jika ukhti sedih, kecewa dan putus asa, ingatlah diriku! Aku akan membantu mengusir kegundahan hatimu.

Ukhti…
Tetap tersenyumlah. Meskipun jalanmu terlalu sulit untuk di daki. Dan, tetap bersemangatlah.  Karena aku yakin, engkau akan memeluk tubuhku. Di suatu saat nanti. Salam rindu yang sangat dalam. Dari cita-citamu.

[Dari seorang sahabat]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar